Capter II
Ketika Musik Mempertemukanku
(Musim Gugur Tahun Pertama)
Ketika aku akan memulainya, kurasa
jantungku seakan semakin semangat berdetak. Jari-jemariku bergetar, bingung, tidak
tahu rangkaian huruf apa yang harus kutulis untuk pertama kalinya. Untuk memulai
menceritakanmu.
Langit malam yang telah meninggalkan
kebekuan hujan mulai menampakkan gemintang, kebungkaman pun beranjak. Di
sanalah kutemukan kalimat yang membawaku menuju kisahmu. Dalam sinarnya, aku
mendengar kau sedang bernyanyi. Di mana pertama kali kau menemukanku dalam
alunan melodimu.
Saat itu, aku tidak tahu siapa yang
sedang bernyanyi dengan gitar akustik berwarna hitam kelam. Bahkan aku tidak
peduli dan tidak mau tahu. Yang aku nikmati hanya indahnya alunan musik yang
kau senandungkan dengan sendu. Perlu diketahui, sungguh, aku terhanyut dan
tenggelam dalam lirik lagumu. Yang mampu menghipnotis setiap kalbu yang
mendengar suaramu.
Saat-saat yang mendebarkan pun datang. Kalau
kau ingat, aku masih memandangimu dari balik kerumunan. Memerhatikan setiap
alunan yang kaubawakan, duduk paling belakang seraya menikmati teh gingseng
kesukaanku. Dan dengan senyuman manis, kau masih memeluk gitar akustikmu
menyebar pandang ke seluruh pengunjung kafe kecil itu.
Dan kukira, retina mataku sempat beradu
pandang denganmu. Entahlah... atau mungkin aku hanya terlalu percaya diri saja.
Tapi kupikir tidak. Kulihat kau malah tersenyum kepadaku. Dari sanalah jalinan
cerita yang indah itu berawal. Ketika musik menemukan persembunyian hatiku.
Ketika kau menemukan keberadaanku. Yang pada saat itu, aku tidak tahu harus
bagaimana. Haruskah menyambut atau bersembunyi di balik kabut?
No comments:
Post a Comment