Yogyakarta…, sebuah kota yang berada di ujung selatan Pulau Jawa. Siapa yang tidak mengetahuinya? Romantisasi tentang Jogja telah tersebar ke penjuru dunia. Lalu, apa yang kamu ketahui tentang kota yang mengharu biru ini? Budaya yang katanya penuh sopan santun ini? Atau kulinernya yang memanjakan lidahmu? Atau mungkin tentang UMR 2jutanya? Apa yang kamu ketahui dibalik romantisme Jogja?
Jogja adalah kota yang hangat dan santun akan budayanya. Yang memimpin kota budaya ini adalah seorang sultan. Dimana hal ini menjadikan Jogja kota yang istimewa. Tak kunjung selesai dengan keistimewaan ini, Jogja memiliki budaya yang akan selalu dirindukan oleh kalian yang datang dan singgah mengunjunginya. Dalam kenanganmu, Jogja menyapa dengan keindahan batiknya. Beberapa keindahan batik Jogja yang terkenal antara lain motif ceplok, motif kawung, motif parang kusumo, dan batik dengan motif lereng.
Tak hanya itu, Kota Istimewa ini juga memiliki Budaya Sekaten. Apa itu Budaya Sekaten? Sekatenan bisa dikatakan salah satu dari adat budaya Jogja yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Mungkin sejak Islam masuk ke tanah Jawa karena Sekatenan adalah acara tahunan pesta rakyat yang dilakukan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad tanggal 5 Rabiul Awal Kalender Islam. Wisata adat paling terkenal dari Sekatenan adalah pasar malamnya. Kalian bisa bertandang ke Alun-Alun Utara Keraton Yogjakarta. Pasar malam ini berlangsung selama sebulan sebelum tanggal 5 Rabiul Awal. Puncak dari Sekatenan adalah Grebeg Maulud. Pada Grebeg Maulud, akan ada arak-arak yang membawa beraneka ragam hasil bumi yang dipanggul. Puncaknya adalah berebut hasil bumi ini. Barang siapa yang bisa mendapatkan buah, atau hasil bumi lain, dipercaya bisa mendatangkan rejeki. Acara budaya Jogja ini sangat unik sehingga tidak sedikit wisatawan asing yang datang untuk melihatnya secara langsung.
Selanjutnya, ada Sendratari Ramayana. Setiap wisatawan asing yang datang ke Jogja, hampir pasti meluangkan waktunya untuk melihat Sendratari Ramayana, sebuah seni tari dan drama yang digabungkan menjadi satu pertuntjukan yang apik tanpa dialog dengan certia Ramayana. Secara singkat, ceritanya mengenai Sri Rama yang berusaha keras untuk menyelematkan istri kesayangannya, Dewi Shinta yang telah diculik oleh Rahwana. Begitu terkenalnya budaya asli Jogja ini, Sendratari Ramayana juga dimainkan di beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Laos, Kamboja, Singapura, Thailand hingga India dan Sri Lanka. Jika Anda ingin menonton pertunjukan ini, Anda bisa datang ke Teater Tri Murti Prambanan setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis. Di gedung ini, Anda melakukan reservasi untuk pertunjukan pada tanggal-tanggal yang sudah ditentukan sepanjang tahun. Namun, pada bulan-bulan tertentu, Anda juga bisa melihatnya di gedung terbuak dengan background Candi Prambanan. Namun, di Pura Wisata dan Ndalem Pujokusuman, pertunjukan ini juga dimainkan.
Budaya yang masih lestari sampai pada saat ini adalah Upacara Labuan. Labuhan merupakan adat istiadat yang telah dilakukan sejaka zaman Mataram Islam abad ke-14. Masyarakat Jogja meyakini bahwa dengan mengadakan upacara ini, maka akan tercipta ketentraman dan kesejahteraan dan selalu diberikan keselamatan oleh yang Maha Kuasa. Meski diselenggarakan oleh Keraton, upacara ini tetap dimeriahkan oleh masyarakat secara luas dengan tujuan bahwa upacara ini tetap lestari. Adapun inti dari acara ini adalah melakukan persembahan atau syukuran di tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah leluhur raja-raja terdahulu. Doa-doa secara agama Islam dipanjatkan agar memberikan keselamatan, kesejahteraan dan ketentraman bagi masyarakat Jogja dan Indonesia.
Selain berbicara tentang Budaya, Romantisme Jogja yang tak kalah adalah tentang kulinernya. Apa yang membuatmu rindu tentang Jogja dan kulinernya? Kuliner Jogja berangkat dari sebuah identitas ke komoditas. Salah satu khasnya adalah gudeg.
Gudeg adalah salah satu masakan khas indonesia yang terkenal akan kelezatannya. Masakan ini merupakan masakan tradisional dan khas Provinsi Yogyakarta. Dalam perkembangannya, masyarakat mengenal gudeg terkenal berasal dari Yogyakarta sehingga membuat kota ini dikenal dengan nama Kota Gudeg. Sejarah gudeg di Yogyakarta dimulai bersamaan dengan dibangunnya kerajaan Mataram Islam di alas Mentaok yang ada di daerah Kotagede pada sekitar tahun 1500-an. Gudeg sejatinya bukan berasal dari kerajaan tapi berasal dari masyarakat. Pada abad 19 belum banyak yang berjualan gudeg. Gudeg mulai populer dan banyak diperdagangkan pada tahun 1940-an saat Presiden Sukarno membangun Universitas Gajah Mada (UGM) hingga sekarang.
Betapa indah bukan tentang budaya dan kulinernya? Namun, apakah kamu tahu tentang sisi gelap dari Romantisme Jogja yang kamu sebut istimewa itu? UMR yang menyengsarakan para pekerja di Jogja. Upah yang teramat sangat murah terpaksa diterima. Demi menyambung dan mengejar kelayakan hidup. Dengan pendapatan hanya 2 juta per bulan dan harus menghidupi kebutuhan keluarga, belanja dapur, Pendidikan anak dan keperluan lainnya. Bisa dibayangkan betapa minimal pendapatan yang diterima, atau bahkan lebih tepatnya bisa kita sebut kekurangan.
Yogyakarta yang kalian kenal dengan Kota Istimewa, tidak lain tidak bukan adalah tempat yang memenjara dan membuat local dilemma. Jika kau memberontak mengenai UMR-nya, sentilan pertama yang kau terima hanya satire, “Kamu KTP mana?” dari para local yang terlampau tinggi upah bulanannya. Kalimat pembelaan atas slogan “nerimo ing pandum” yang terus digaung-gaungkan. Golongan kelas atas tidak tahu, betapa tercekiknya mereka yang hidup dengan upah di bawah dua juta. Selain romantisme kota Jogja, hal apa yang kalian tahu sisi lainnya tentang Jogja?
No comments:
Post a Comment