Monday, December 24, 2018

Opiniku : Bencana di Indonesiaku?

Ada apa dengan Indonesiaku?

Gambar oleh google

Entahlah... tiba-tiba pertanyaan itu melintas di kepalaku begitu saja, ketika aku sedang memerhatikan adik bungsuku yang sedang meributkan gaya permainan bersama teman-temannya. Dia bergaya dengan menggunakan satu kaki sebelum akhirnya melompat dan mendarat dengan dua kaki sekaligus, sedangkan dua teman yang lainnya setuju awal melompat bersiaga dengan kuda-kuda dua kaki, yang tujuannya sama, mendarat dari lompatan dengan dua kaki sekaligus. Hingga kemudian akhirnya, mereka setuju memakai cara-caranya sendiri, yang pnting nyaman dan bertujuan sama.

Lalu... aku teringat dengan beberapa cuitan ‘nyeleneh’ yang bertebaran di lini masa media sosialku. Mengenai Indonesia, negeri tercintaku, tanah air tercinta kita semua. Banyak yang simpatis dan turt merasakan duka yang mendalam terhadap para korban bencana, tetapi banyak pula yang men-judge secara sepihak tanpa data.

Aku tertawa betul membaca setiap cuitan mereka yang dengan seenak jidatnya menghakimi pasal kejadian ini. Kita semua tahu, akhir-akhir ini, bencana alam yang melanda negeri kita tak kunjung surut. Terjadi bencana di titik A, berganti lagi ke titik B, lalu ke titik C, begitu seterusnya, sampai yang terakhir masih hangat dibicarakan adalah tsunami yang terjadi di Selat Sunda, yang menghantam daerah Banten dan Lampung Barat. lalu, yang terjadi semalam, terjadinya gempa yang mengguncang kota Padang dan sekitarnya.

Mengenai hal tersebut, aku sangat rispek kepada seluruh teman-teman yang tergerak hatinya, rela terjun langsung menjadi relawan, ada yang dengan ikhlas memberikan bantuan berupa tenaga, uang, sandang maupun pangan. Bahkan, mereka yang dengan tulus mengirimkan doa dari jauh. Seperti aku ini, saat ini hanya bisa mengirimkan doa lewat udara. Semoga, saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah itu, diberi ketabahan jiwa yang luar biasa. Bagi yang meninggal, mendapat lapang kuburnya.

Yang ingin saya ungkapkan di sini... adalah tentang mereka yang dengan entengnya menghakimi keadaan ini. Keadaan Indonesiaku yang sedang carut marut dilanda bencana. Dengan mudahnya mereka berkoar-koar di media sosial dengan redaksi, “Bencana yang terjadi di Indonesia adalah sebuah azab"

Apa yang sedang hinggap di pikiran mereka, ketika mereka berkoar-koar akan hal demikian? Tidakkah mereka sadar, jika redaksi tersebut justru hanya akan membunuh mental mereka yang sedang terluka karena bencana itu? 

Setidaknya, jika tidak mau membantu, jangan;ah berucap demikian. Dan yang sangat miris adalah, mereka yang mengaku shalih, benar dan lurus sesuai ajaran agama. Maaf, bukan bermaksud menjelek-jelekan agama tersebut, karena aku juga termasuk orang memeluk agama itu.

Aku seorang yang masih awam tentang agama, jadi, di dalam tulisanku ini tidak akan kuikut sertakan dalil-dalil atau firman Allah yang dijadikan sebagai patokan untuk membenarkan seulas kalimat yang akan kusampaikan.

Tidak usah melebar, aku hanya akan membahas mengenai empati kemanusiaan. Kita pahami teelebih dulu melalui sudut pandang mereka yang menjadi korban. Apa yang mereka rasakan jika didatangi musibah yang sebegitu besarnya? Musibah yang sama sekali tidak pernah mereka inginkan. Perasaan apa saja yang menggumpal di dalam hati mereka? Mereka sudah tertimpa musibah, tidak hanya kehilangan harta dan benda yang banyak, tetapi kehilangan nyawa, kehidupan dari orang-orang terkasih mereka, gangguan psikis dan psikologis datang secara bersamaan akibat trauma bencana tersebut. Tetapi, masih ditambah pula suara mulut-mulut tajam yang penuh bisa menghunjam pedas perasaan mereka. Bencana yang melanda merupakan suatu azab atas dosa-dosa besar yang mereka perbuat, katanya?

Wahai saudara-saudaraku yang budiman, berpikirlah dahulu sebelum berucap. Azab katamu? Apa yang kalian ketahui tentang azab? Apakah kalian dikirimi pesan tertulis melalui aplikasi chatting oleh Tuhan? Hahah maaf, aku tertawa keras membaca redaksi yang kalian koar-koarkan. Baiklah, aku tidak menyalahkan redaksi kalian bahwa bencana adalah sebuah azab, karena memang tertulis di dalam kitab. Tetapi... setidaknya biarlah firman Tuhan tersebut menjadi sarana untuk kita semua instropeksi diri sendiri. Tidak perlu kita koar-koarkan di sosial media, terlebih, bencana itu sedang berlangsung menimpa suadara-saudara kita.

Apalagi, jika bencana ini dimanfaatkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab demi tujuan tertentu. Mencari keuntungan dalam bentuk apapun ketika bencana sedang terjadi. Betapa tidak berempatinya yang tega melakukan hal demikian.

Dalam keadaan yang seperti ini, seharusnya kita menaruh empati dengan turut merasakan apa yang sedang mereka rasakan. fokuslah memberi bantuan sebisa apa yang bisa kita lakukan. Bukan malah menghakimi mereka dengan suatu redaksi yang menyakitkan. Bencana adalah Azab.

Pun jika memang benar bencana yang melanda negeri kita ini merupakan suatu azab, sebetulnya, siapa yang sedang di azab? Apakah mereka –saudara kita– yang sedang terkena musibah tersebut saja? Ataukah kita semua? Azab terhadap bangsa Indonesia?

Gambar oleh google

Apa yang sedang terjadi dengan Indonesiaku?

Boleh jadi bencana yang melanda negeri kita adalah suatu azab. Azab yang Tuhan berikan kepada kita yang sedang carut marut saling memfitnah, mencaci maki, terpecah belah karena politik yang tidak sehat ini. saling lempar aib dan keburukan lawannya. Ya... bisa jadi ini cara Tuhan menegur kita melalui bencana. Supaya kita juga memerhatikan kemanusiaan bangsanya, tidak hanya memikirkan dan mementingkan dirinya sendiri maupun golongan tertentu. Agar supaya kita bersatu dan jangan ribut melulu. 

Jadi, daipada kita sibuk melontarkan kalimat yang menyakitkan itu, mengatakan bahwa daerah yang sedang dilanda bencana adalah suatu azab-Nya, alangkah baiknya kita memeriksa diri sendiri. Kalau menurutku sendiri, bencana-bencana yang sedang terjadi ini merupakan sebuah sentilan Tuhan kepada kita semua, agar tidak terus-menerus meributkan kepentingan politik kelompok masing-masing. Menganggap dirinya yang paling benar.



Hal ini merupakan ujian kemanusian yang diberikan Tuhan kepada bangsa kita. Apakah di saat seperti ini, kita masih saja sibuk meributkan politik negeri? Ataukah kita akan lebih peduli kepada mereka yang sedang terluka? 
Bencana yang sedang terjadi ini, seharusnya membuat kita kembali bersatu, bukan malah dipergunakan saling menyalahkan, tuding-menuding pihak lain. dan mengenai redaksi tadi, ‘bencana dalah azab’ hal tersebut sangatlah tidak membantu, tetapi hanya memperkeruh keadaan. Semakin memupuk rasa sakit yang tengah di derita. Sekali lagi, jika tidak ingin meringankan duka, lebih baik diam saja.

Mari... kita hidupkan lagi rasa empati dan simpati kita sebagai manusia. jangan menyakiti hati satu sama lain, yang membuat akal sehat kita rusak dan hati kita mati.

Sekian suara isi hatiku....

Salam Literasi, Salam Prestasi!
Ayunda Nurudin

No comments:

Post a Comment

What is The Police Institution's Role, If Every Case Needs to go Viral First Before Take The Action?

Recently, many social media platforms posted criminal cases. Whether it is murder, sexual harassment, robbery, corruption, abuse of authorit...