Friday, January 11, 2019

Ala Ayunda: Tips Mendaki Gunung Bagi Pemula

Mau Muncak? Apa saja yang harus dilakukan?


Halo teman-teman, balik lagi sama Ayunda Nurudin. Setelah sekian lama tidak posting dikarenakan kesehatan yang kurang baik, (kalian jaga kesehatan terus ya, teman-teman) aku akan nge-share sebuah pengalaman tentang “Tips-Tips Mendaki Gunung Bagi Pemula” sesuai permintaan teman-teman semua. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat membantu kalian ya. 

Oke, baiklah... dikarenakan aku sendiri juga masih tergolong sebagai seorang pendaki pemula alias amatir, namun banyak teman-teman yang memintaku untuk memposting tulisan ini, maka dari itu, selain melalui pengalaman pribadiku, aku juga sudah riset plus diskusi dengan mereka para pendaki seniorku. Jadi aku tidak mau sembarangan berbagi ilmu yang penuh resiko ini. Jika ada pendaki senior yang membaca tulisan ini, kurang lebihnya mohon dimaklumi, jikalau perlu, mohon dikritik dan masukan atas sarannya agar semua teman-teman yang membaca bisa memperoleh informasi yang lebih baik lagi. 

  Ya sudah, daripada kelamaan intro, langsung saja yuk, disimak....

Tips Mendaki Gunung Bagi Pemula ala Ayunda

1. PERSIAPAN
Preparation alias persiapan. Ya, itu hal yang paling penting yang harus kita lakukan. Apa saja persiapan yang dibutuhkan? Selain persiapan akan perlengkapan, kita juga harus persiapan fisik. Dan yang tidak kalah penting adalah persiapan mental.

Oke, kita bahas satu persatu ya....

a. Persiapan Perlengkapan
Buat kalian para pemula, mengenai perkengkapan apa saja yang harus dibutuhkan, kalian tidak harus beli semua alat outdoor atau mendaki. Tapi hal yang paling wajib untuk kalian beli/miliki pertama kali adalah alat pribadi, seperti jaket winterproof dan sepatu hiking. Tidak kebayang kan, kalau kalian harus meminjam sepatu atau jaket gunung orang lain? apalagi meminjam di tempat persewaan yang notabennya sudah sering kali kena keringat orang lain. (Maaf, aku pribadi memang tidak suka memakai pakaian yang sudah bercampur dengan keringat orang walaupun sudah dicuci, tapi aku sukanya ngebaperin anak orang hehehe receh banget apaan sih!).

Oke, selanjutnya adalah sleeping bag, selain dipakai di outdoor, sleeping bag juga bisa kita gunakan untuk selimut pas tidur di rumah, apa lagi musim hujan seperti ini. Hangat! Jadi tidak rugi untuk membelinya. Tapi kalau belum kebagian rezeki, menyewa juga tidak ada salahnya.
Untuk selain tiga hal tadi, tentang tenda, alat masak, kompor dan lain-lainnya bisa berembug patungan menyewa sama rombongan. Jadi tidak usah bingung atau khawatir ya.... termasuk persiapan logistik atau bekal makanan selama di gunung, harus bisa mengestimasi dengan baik. 

Misal nih, kalian mau naik gunung A yang tingginya sekian mdpl (kalian bisa searching sendiri gunung tujuan kalian) yang membutuhkan waktu tempuh pendakian berapa jam,  terus di sana kalian mau berapa lama. Kalian bisa hitung dan kalkulasi sendiri dengan jumlah anggota/rombongan kalian nantinya. Jangan lupa juga, siap sedia coklat, madu, atau gula jawa sebagai penambah energi selama pendakian. Selain rasanya manis, juga membuat semangatmu selalu stabil. (Tidak seperti doi, yang terasa manis, eh ujung-ujungnya yang juga buat nangis wkwkwk.)

Tim madu


Lanjut,

b. Persiapan Fisik
Nah, ini tidak kalah penting dari persiapan sebelumnya. biasanya, satu minggu sebelum mendaki, tiap hari aku latian fisik. Sebenarnya, satu minggu itu karena tiap mau muncak, planningnya berkisar satu mingu saja hahaha. Tapi kalau kalian sudah mengatur rencana jauh-jauh hari, itu lebih baik lagi kalian langsung melatih fisik, supaya tidak kaget ketika mendaki nanti. Apalagi ditambah beban berat harus menggendong keril yang segede karung goni itu. Minimal lari tiap sore atau pagi deh. Kalau aku sih, lebih senang main skateboard, atau paling tidak naik turun tangga dari lantai bawah ke lantai atas di rumah sih, buat mastiin mesin cuci yang sering kali macet-macet itu hehehe.

Ada lagi, mengenai teknik pernapasan tidak sembarangan ketika mendaki. Mungkin yang sudah senior atau sudah terbiasa sudah paham, bahwa bernapas ketika mendaki pun ada cara khusus untuk menghindari sesak napas yang berlebihan. Supaya tidak ngos-ngosan seperti habis memanggul dosa yang bertonton, sebaiknya bernapas menggunakan teknik diafragma, di mana ketika bernapas, kita menghirup udara melalui hidung dengan cukup panjang, lalu sedikit di tahan ketika sampai diafragma (letaknya tengah-tengah antara perut dan dada) baru deh dikeluarkan lewat mulut. Supaya apa? masih tertinggal beberapa energi di dalam tubuh, sehingga tidak menjadikan kita cepat lelah. Tahu sendiri, kan, udara di tempat yang semakin tinggi semakin berkurang kadar oksigennya. Belum lagi kalau malam, kita harus saingan sama pohon yang padatnya sudah ngalahin penduduk daerah Gejayan. Lalu yang terakhir....

c. Persiapan Mental
Nah... ini nih kunci yang paling penting. MENTAL. Ada yang tidak percaya, bahwa mental yang dibawa ketika mendaki itu penting? Jangan salah, orang yang hobi sangat di bidang olahraga sekalipun, terkadang ada yang tidak sanggup, begitu sebaliknya, ada pula yang fisiknya tidak sempurna, tetapi ia sanggup. Karena apa? sekali lagi, MENTAL!

Aku ingat sekali, pendakian pertamaku ke Gunung Sumbing. Baca juga: Trip Travelingku: Gunung Sumbing dan Kenangan Rindu aku sama sekali tidak melakukan persiapan fisik pun persiapan mental, baru sampai di pertengahan pos satu menuju pos dua, aku sudah hampir menyerah. Tapi karena mental, aku tetap bisa dong sampai puncak, meski harus hilang dan terpisah sendirian dari rombongan, ehehe.

Tanam dalam diri kalian dengan baik-baik, apa tujuan kalian mendaki! Pastikan tujuan kalian adalah tujuan yang baik dan positif, karena tidak memungkiri, kemistisan di gunung, mitosnya tidak bisa dihindari. Jadi demi keselamatan, yakin akan diri sendiri, bahwa niat kalian niat yang bersih. Seperti pengalamanku, pernah beberapa kali aku naik gunug demi lari dari masalah yang membuatku frustasi, bukannya mendapat ketenangan, yang ada malah digangguin setan. Kan serem jadinya.

2. PENGETAHUAN & SURVIVAL

Poin penting dari segala poin. Jangan sekali-kali berani menginjakkan kaki ke gunung, jika pengetahuan survivalmu belum memadai, karena resikonya benar-benar tinggi, bahkan bisa hilang sampai juga kepada kematian. Paling tidak, ada dua atau tiga orang yang sudah mumpuni tentang hal ini dalam rimbonganmu. Karena apa? untuk berjaga-jaga, naudzubillah jika terjadi apa-apa selama pendakian, terlebih kepada rombongan kalian sendiri. 

Seperti bagaimana mengantisapasi supaya tenda tidak tergenang air ketika hujan turun, atau mencipta mata air ketika kehabisan air, atau cara membuat tandu, pertolongan pertama kepada korban hipotermia, mencari arah mata angin tanpa bantuan kompas digital, cara mengepak barang dengan baik dalam keril, dan masih banyak lagi. Semua itu bisa kalian peroleh di layanan google. Banyak artikel-artikel demikian yang bisa kalian pelajari. Atau ikut organisasi lingkungan hidup dan semacamnya untuk menambah wawasan kalian tentang survival. Belajar langsung dari teman pendaki senior (seperti yang kulakukan) pun sangat efektif juga.

3. KEKOMPAKAN & KEBERSAMAAN

Ini puncak segalanya. Kekompakan dan kebersamaan. Intinya adalah, harus pintar-pintar meredam ego diri. Jangan karena kita bisa berjalan lebih cepat dari kawan lainnya, lalu kita berjalan lebih dulu meninggalkan rombongan supaya sampai di puncak lebih cepat. Hal semacam itu, bukannya terlihat keren tapi malah terkesan labil dan kekanak-kanakkan. Semangat boleh, tapi puncak bukan tujuan utama. Puncak hanyalah bonus dari buah perjuangan bersama. Pendakianmu tidak akan berarti apa-apa tanpa mereka yang berjalan di sampingmu.


Namanya juga muncak bareng, makan, tidur bareng, mendirikan tenda dan masak juga bareng dong. Jangan mau enaknya saja! Tapi, aku kan pemula? Halah prek, alasan klasik. Kan bisa ambil pekerjaan lain, memegang senter misalnya ketika mendirikan tenda pas malam hari. Memasak air, membuat teh, kopi, atau cokelat panas juga bisa ketika yang lain sibuk mendirikan tenda. Pokonya bantu sebisanya deh. Jangan sok manja. Kalau mendaki berdua sama pacar atau suami sih ya tidak apa-apa, itu hak otoritasmu. Tapi ya tetap sadar diri, jangan mau enaknya saja, Siti! Kasian tahu, sudah capek naik-naik ke puncak yang tinggi, eh dibiarin kerja sendiri. kan jadi sediii...

4. CINTAI ALAM & LINGKUNGAN

Jangan bosen kalau ada yang bilang “bawa turun sampahmu!” ketika di gunung. Itu memang bukan hukum tertulis yang terdaftar di konstitusi, tapi hukum alam dan kepribadian. Di mana ketika seseorang peduli dengan lingkungannya, pun menggambarkan dirinya yang peduli dengan masa depan. Bahwa seseorang tersebut masih berharap kelestarian alam supaya bisa dinikmati anak cucu generasi berikutnya. kan begitu, logikanya?

“Jangan tinggalkan apapun di gunung, kecuali jejak dan kenangan. Jangan ambil apapun di gunung kecuali, rindu dan gambar”. Slogan puitis ala anak gunung yang memang sangat ampuh mengendalikan kerakusan diri. Seperti larangan memetik bunga abadi si eddelweis itu contohnya. Membawa turun kembali sampah kita, kalau bisa mungutin sekalian sampah-sampah yang masih berceceran di sepanjang jalanan/trek pendakian. Menunjukkan kalau kita adalah manusia yang mengerti aturan. Bukan binatang yang hanya mengandalkan nafsu kemenangan belaka.

     Baik teman-teman..., sepertinya sekian dulu “Tips-Tips Mendaki Bagi Pemula Ala Ayunda”, semoga bermanfaat dan sedikit dapat dijadikan acuan sebelum kita mendaki. Mungkin di lain kesempatan, aku akan menuliskan bagian pengetahuan survivalnya lebih lengkap lagi. Mari dia bersana-sama, semoga aku dan juga kita semua diberikan kesehatan oleh Tuhan setiap harinya. Jadi bisa saling berbagi dan bertukar ilmu seperti ini.

     Jangan lupa mampir di channel youtube aku ya, teman-teman. Temukan berbagai musikal puisiku yang tepat dengan suasana hati kalian. Hanya di Ayunda Nurudin

Salam Lestasri, Salam Prestasi!
Ayunda Nurudin

Find me on account:
Instagram: @ayunda_een
Twitter: @ayunda_een
Wattpad: @ayunda_een

2 comments:

What is The Police Institution's Role, If Every Case Needs to go Viral First Before Take The Action?

Recently, many social media platforms posted criminal cases. Whether it is murder, sexual harassment, robbery, corruption, abuse of authorit...