Monday, January 14, 2019

Review Film: Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta

Sudah nonton film sejarah Raja Mataram yang ke tiga? Kalau belum, simak tulisan berikut ini!


Hayo, siapa di antara teman-teman yang mengidolakan Mas Hanung Bramantyo? Ye sekarang aku juga samaan dengan kalian, nih. Film Sultan Agung besutan beliau ini telah membuatku jatuh cinta dengan sutradara kelahiran Yogyakarta. 

Di Review Film kali ini, aku mau bahas tentang film yang berbau kolosal berlatar sejarah kerajaan Mataram. Jujur, aku baru tahu minggu-minggu ini, padahal film Sultan Agung sudah tayang Agustus 2018 lalu. Hahaha aku memang payah! Film sebagus ini kulewatin begitu saja? Hehehe ya maaf, yang selalu kupantau, selama ini hanya Garin Nugroho. Tapi untunglah, Tuhan dengan seribu keadilannya menginginkan cintaku dibagi kepada dua sutradara ini. Hilih, kamu gombal banget, Ay!

Kenapa aku mau bahas film ini? karena selain bagus dari sisi materi, isi, dan teknisnya, kalian tahu sendiri bukan, kalau aku ini millenials yang jiwanya terperangkap di era kolosal, zaman sejarah. Hahaha iya, aku suka sekali sama hiburan audio visual, baik film, sinetron, drama, teater, sandiwara radio atau apapun bentuknya, asal yang berbau kolosal dan sejarah. Yang berbau-bau olah kanuragan alias silat. Jadi, khusus di film ini, aku sangat subjektif wkwkwk. Ya sudah, yuk langsung bahas bersama! :)

A. SINOPSIS

Raden Mas Rangsang dan Lembayung muda

Jadi, diceritakan di sini, Raden Mas Jolang (Raja ke dua Mataram Islam) yang bergelar Panembahan Hanyokrowati mewariskan tahtanya kepada Raden Mas Rangsang yang diwasiatkan secara pribadi dengan Ki Juru Mertani (sesepuh dan pendiri Mataram). Yang menjadi permasalahan adalah, Raden Mas Rangsang bukanlah seorang Putra Mahkota. Dia hanya seorang Pangeran dari seorang selir (Dyah Banowati). Di Mana Sinuwun Hanyokrowati sebelumnya pernah berjanji kepada Ratu Permaisuri Tulung Ayu, jika kelak ia melahirkan seorang putra, tahta Mataram akan jatuh ke Pangeran Martapura. Namun sayang, setelah sekian lama akhirnya memiliki seorang putra, Putra Mahkota mereka tidak terlahir dengan fisik dan mental yang sempurna. 

Raden Mas Rangsang memang sudah dipersiapkan oleh Sinuwun Hanyokrowati untuk meneruskan tahtanya memimpin Mataram, maka dari itu, sejak usia sepuluh tahun, ia dititipkan ke Padepokan Jejeran –masih berada di bawah kekuasaan Mataram– bersama putra angkat Tumenggung Notoprojo (Panji Kelono). Hingga memasuki usia remaja, Raden Mas Rangsang jatuh cinta kepada putri Lurah Sudar (Lembayung) yang juga seorang santri di Padepokan Jejeran. Beruntung, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Namun bermula dari kisah cinta seorang Kesatria dan rakyat biasa inilah, masalah mulai mengguncang keduanya. Dimulai dari mangkatnya Panembahan Hanyokrowati, yang ternyata kematiannya didalangi oleh Ratu Tulung Ayu yang tidak terima tahta anaknya diserahkan kepada Raden Mas Rangsang.

Mau tidak mau, karena wahyu keprabon yang harus tetap berjalan, serta karena titah atau pesan Kanjeng Sunan Kalijaga, akhirnya Raden Mas Rangsang bersedia meneruskan perjuangan ramandanya. Jadilah ia diangkat menjadi Raja Mataram yang ke tiga, didampingi oleh putri Adipati Batang yang menjadi garwo pati alias permaisuri.

Di situlah antara tahta yang ia terima, perjuangan, dan cintanya Raden Mas Rangsang kepada Lembayung dipertaruhkan. Tetapi cintanya kepada Lembayung tidaklah buta. Cintanya kepada negara lebih besar dari segalanya. Ia harus meneruskan perjuangan Patih Gajah Mada memersatukan nusantara, melawan dan mengusir Belanda yang menjajah negerinya. 

Hingga sampai waktu, di mana ia telah kehabisan pasukan, kalah berperang dan merasa banyak yang mengkhianatinya. Lalu, dengan nasehat ibundanya serta karena desakan serta peringatan Lembayung yang turut berperang melawan Belanda, akhirnya ia menarik mundur pasukan. Ia lebih memilih berjuang melalui cara yang lain, yaitu mengajarkan para anak cucu dengan mencintai budaya dan negeri. Karena sebaik-baiknya jihad adalah bangsa yang memiliki harga diri.

Sultan Agung menghidupkan kembali Padepokan Jejeran

Di akhir, Lembayung tersenyum lega setelah mengetahui Sinuwunnya lebih memilih cara berperang dengan cara lain yang tanpa harus banjir darah seperti sebelumnya.

B. SETTING

Baik setting tempat, setting waktu, dan setting suasana patut di acungi jempol. Studio alam yang di gunakan benar-benar hampir mirip di era masa mataram. Mulai dari suasana atau latar pedesaan dan Padepokan Jejeran, setting tempat keraton Kota Gede maupun keraton Karta yang dibuat sangat mirip dengan Keroton Jogja yang sebenarnya. Lalu dipenampilan. Dari bentuk pakaian, cara berpakaian, cara berbicara, dan unggah-ungguh lakunya rakyat yang menyembah raja, dan lain-lain masih banyak lagi. 

Suasananya sangat elegan menggambarkan betapa kakunya bab kekeratonan. Di dukung efek lighting yang sangat mempengaruhi suasana, menambah dramatisasi cerita. Di pengaturan latar film inilah aku sangat terpesona. Beribu-ribu film kolosal yang sudah pernah kutonton, Sultan Agung yang menduduki peringkat pertama.

C. ADEGAN

Bayu Ario sebagai Sultan Agung

Dari adegan percakapan biasa, antara Mas Rangsang dengan Lembayung, atau Mas Rangsang dengan Panji Kelono muda. Lalu adegan laga yang tidak dibuat-buat. Maksudnya terlihat real seperti nyata adanya yang tidak disuguhi embel-embel suara dar-dor mengeluarkan tenaga dalam seperti film kolosal yang sudah-sudah. Jadi tidak terlihat dan terkesan lebay. 

Kehadiran figuran dan pemeran pelengkap yang sangat penting. Jadi cerita selama dua setengah jam tidak hanya didominasi pemeran utama. Di sini hebatnya Hanung Bramantyo yang tidak melupakan betapa pentingnya tokoh pembantu dan tokoh figuran.

Selain itu, adegan di mana sedang berperang benar-benar terlihat seperti nyata. Dari dada yang tertembus peluru. Adegan bacok-membacok. Panah yang lepas dari busurnya. Luka-luka dan darah bekas sabetan golok, dan lain-lain.  semua sempurna di sini. Ketika melihat agedan ini, aku exited banget. Ini Mas Hanung bagaimana mendesain semua ini? Make Up artisnya yang luar biasa sehingga luka yang tercipta seakan-akan luka sungguhan. Pokonya aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi tentang film ini. bagiku, kata bagus saja belum cukup untuk mewakili film ini. terus pakai kata apa dong, Ay? 

D  PEMERAN/CAST

Sultan Agung/Raden Mas Rangsang dan Lembayung dewasa

Tapi, walau bagaimanapun, semua aspek sudah sangat bagus. Kemiripan Lembayung muda (Putri Marino) dengan Lembayung deawasa (Adinia Wirasti), kemiripan Raden Mas Rangsang muda (Martin Olio) dengan Raden Mas Rangsang dewasa atau Sultan Agung (Bayu Ario) pemeran Panji Kelono muda dan dewasa. Dan tokoh-tokoh Belanda yang diperankan langsung oleh bangsanya. Semua cast sangat bagus dan mendukung sebagai karakter masing-masing. 

Panji Kelono, Lembayung dan Singoranu (patih) dewasa


E. KEKURANGAN

Namun meski sebegitunya aku mengagumi satu karya ini, tetap saja ada beberapa celah kalau mau melihat dengan lebih jeli. Bukan untuk menjelek-jelekkan, tetapi sebagai kritik saran untuk karya yang sebagus ini agar leih bagus lagi. Cukup disayangkan, ada beberapa scene yang feelnya kurang bisa disentuh, contohnya:

1. Di awal, dalam scene ketika Mas Rangsang di suruh menyebutkan enam anggota kelompok manusia yang masih berhubungan dengan ajaran Kanjeng Sunan Kalijaga, digambarkan bahwa Mas Rangsang mengerti tentang kaum “Meleca”. Tetapi di scene lain, di mana ketika Mas Rangsang sedang ngendikan dengan Ki Jejer karena dilema tentang wahyu keprabon yang dijatuhkan kepada dirinya, Raden Mas Rangsang malah bertanya, “bangsa apa itu, Ki?” ketika Ki Jejer menyebutkan Meleca. 

Keterangan dari kekurangan nomor 1

2. Posisi Ratu Batang sebagai Garwo Patinya Susuhunan Agung sangat tidak terlihat posisinya. Malah keberadaannya jauh lebih kalah dibanding Lembayung, selain hanya intip mengintip pasewakan.
3. Kekurang jelasan Notoprojo, antara bersifat penghianat atau setia kepada rajanya. Bahkan saya perlu dua kali menonton flm ini untuk mengetahui sifatnya Notoprojo serta Panji Kelono yang sebenarnya.
4. Pemeran Raden Mas Rangsang kecil yang wajahnya sangat sangat sangat tidak memiliki kemiripan sama sekali. 

Keterangan kekurangan nomor 4

5. Garpu yang digunakan Dyah Banowati menyuapi Raden Mas Rangsang terlihat seperti garpu biasa. Padahal di zaman kerajaan semuanya terbuat dari emas. Kurang elit.
6. Adegan perang di Benteng VOC di Jayakarta, seolah-olah, pintu gerbang tidak seperti dibobol, tetapi seperti dibukakan oleh penjaga gerbang bentengnya. 

Keterangan kekurangan nomor 6


Jadi... jadi aku bingung sendiri harus memuji dengan kalimat apalagi tentang film ini. buat Mas Hanung Bramantyo, seluruh kru Dapur Film, Studio Alam Gamplong, dan seluruh awak film Sultan Agung, terimakasih sudah menghasilkan karya seindah ini, walaupun aku telat dan tidak nonton langsung di bioskop (hanya nonton di iflix doang huhu sedih dan menyesal), semoga suatu saat kalian mau memfilmkan novel kolosalku juga, ya wkwk.

Pokoknya, teman-teman yang belum nonton Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta, kalian bisa nonton di Iflix. Jangan sampai kelewatan film yang sebagus ini.

Jangan lupa mampir ke channel YouTube aku, ya...

Find me on account:
Instagram: @ayunda_een
Twitter: @ayunda_een
Wattpad: @ayunda_een

Saturday, January 12, 2019

Geguritanku: Pangabdi Peputra

Pangabdi Peputra

Sapa aku?
Namung putra tanpa gelar apa-apa
Kahurip marga tresnaku mring awakmu
Kabudayan kang tumancep ning ati iki
Seprene janji bakal tak jaga kanthi tekaning pati

Duh, Cah Bagus, katresnananku
Gemati laluku wanci namung kasatyan pambudi
Kangge ngarumat kabadyan bangsa

Lelabuhaning bukti para putra
Ngesemke tresna hambangun rasa
Yen jawi puniki tasih cemantil ing jerone raga
Kagem kangias papan panggonan
Ngukir caritera ing babad Jawa

Apa tha aku iki?
Namung putra biasa
Kanthi tresno tan punapa-punapa

Ayunda Een
YK, 100418

Friday, January 11, 2019

Ala Ayunda: Tips Menulis Fiksi

Menulis Fiksi? Ayo ikuti tips ini!

Gambar oleh google

Halo teman-teman semua, alhamdulillah demamku yang berhari-hari sudah mulai turun dan sudah bisa duduk mengetik meneruskan rutinitas kembali. Kalian juga sama ya, harus tetap menjaga kesehatan. Sakit itu tidak enak meskipun dalam sebuah hadist Rowah Bukhari dan Muslim yang mengatakan bahwa: “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daunnya.”

Di tulisan kali ini, aku akan membagi pengetahuanku di bidang menulis fiksi. Susai cara dan kemampuanku yang tentunya worth it. Sebenarnya Ala Ayunda yang ini sudah pernah ku posting di instastory instagramku, teman-teman. Tetapi, di sini akan ku posting ulang supaya banyak dari teman-teman yang tidak mengikuti aku di instagram tetap bisa membacanya. Ya sudah, langsung saja yuk, kita masuk ke intinya. apa saja kira-kira?

Tips Menulis Fiksi

1. MEMBACA

Gambar oleh google

Oke, jadi langkah pertama, kalian haruslah sering-sering membaca buku. Tujuannya apa, teman-teman? Agar kosa kata atau diksi kita bertambah semakin luas. Kita tidak herus kebingungan, nih, kalau harus mau memilih frasa ataupun kalimat yang pas atau cocok yang digunakan dalam sebuah dialog atau percakapan. Jangan seperti aku, ya, teman-teman... bercita-cita jadi seorang penulis tapi malas membaca hehehe....

Selain itu, kita bisa sekalian nih meneliti. Tentang sudut pandang apa yang lebih enak atau nyaman dipakai untuk bercerita. Kata pengganti yang bagaimana yang baiknya kita pilih. Juga untuk memperkaya alur cerita atau plot dalam sebuah cerita. Jadi, sekali lagi, membaca itu penting bagi seorang calon/penulis.

2. MENONTON

Gambar oleh google

Dengan menonton, kita bisa memperkaya daya imajinasi kita. Daya khayal bagi seorang penulis fiksi itu penting, di mana kekuatan bermacam-macam karakter sangatlah berpengaruh demi kelancaran kita menyelesaikan suatu cerita. Nah, biasanya kan setiap kita selesai menonton, kadang kita berimajinasi “seharusnya peran si A tuh tidak seperti itu, tapi seperti ini, dll.” Jadi kita tidak aka kebingungan atau kehabisan akal untuk menyelesaikan sebuah cerita karena daya imajinasi kita sudah tinggi.

Terserah kalian mau menonton apa. bisa menonton film di bioskop, sinetron-sinetron atau apapun yang sesuai jenis karakter kalian. Maksudnya, kalian pengen menulis cerita drama, aksi, sci-fi, atau genre apapun. Banyak-banyakin saja menonton film yang sesuai karakter tulisan kalian.

3. MENCATAT

Gambar oleh google

Kadang, kita mendadak suka mendapat konsep ide cerita atau sebuah gagasan dalam waktu yang tidak tepat. nah, di saat seperti itu, segeralah catat konsep kalian yang mendadak muncul itu. entah dalam buku atau ponsel kalian. Yang terpenting dan paling perlu, (kalau aku) harus diucapkan dalam lisan –bersuara– sebagai self reminder. Soalnya, kalau cuma dibatin dalam hati, biasanya akan cepat lupa.

4. PUEBI dan KBBI


Hayo... di sini, siapa teman-teman yang tahu apa itu PUEBI dan KBBI? Ya betul, PUEBI adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, kalau KBBI akronim dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. 

Bagi aku sendiri, nih, dua hal tersebut sudah seperti nyawa. Dulu sih, ke mana-mana bawanya dua buku itu, tapi alhamdulillah dengan adanya kemajuan teknologi, kita sudah bisa memperolehnya melalui aplikasi online. Lebih mudah, ringan dan nyaman mau dibawa ke mana saja. Kita bisa membukanya kapan waktu jika kita perlukan. Jadi, jangan sekali-kali malas membuka dua hal tersebut ketika kita menulis ya. karena seleksi penerbit juga dipertimbangkan karena kerapian tulisan kita selain memang karena dari cerita yang berbobot.

5. MENCOBA

Gambar oleh google

Tidak ada suatu hal yang terjadi secara instan! Pun termasuk dalam menulis. Jika keempat hal tadi sudah kalian lakukan, saatnya dipraktekkan!
Jangan takut kalau tulisan kalian di cap sebagai tulisan yang “kelegen” alias alay. Semua penulis dari yang pemula sampai yang sudah ternama sekalipun, pasti melewati masa-masa di mana tulisan mereka terkesan kelegen. Tidka luput aku juga termasuk, teman-teman. Malah, aku sendiri kadang juga jijik, “kok bisa ya, aku dulu menulis seperti ini!”

Jangan pernah berhenti mencoba. Biasanya, para pemula ketika menulis, tidak sampai selesai sampai akhir cerita alias tidak tamat. Tidak apa-apa! bererti kita sama hahaha. Memang, mencari ending itu sangat susah. Jadi kalian jangan pernah menyerah ya. seperti kata bijak dari Tan Malaka, “terbentur, terbetur, terbentur, terbentuk.” Hal tersebut juga berlaku bagi kita semua calon-calon penulis hebat. Gagal, coba lagi. Gagal, bangkit lagi. Begitu seterusnya sampai kalian bisa melewati masa ini.

6. SHARING

Oke, setelah mampu berproses diri sampai di tahap kelima tadi, saatnya kita share tulisan kita ke publik. Ke sebuah platform yang mendiskusikan atau menyediakan tempat untuk belajar tentang kepenulisan. Tujuannya agar ada yang menempa usaha belajar kita. Ada yang mengomentari, mengkritik juga memberikan saran atas tulisan kita.

7. GO PUBLISH!!!

Sekiranya, setelah kita sering sharing dan mendiskusikan tulisan kita, saatnya kita tampil enjadi penulis yang sesungguhnya. Jeng jeng jeng... waktunya kita terbitkan tulisan kita!!!

Lalu, ke mana kita harus menerbitkannya? Ada dua opsi. Penerbit mayor dan penerbit indie. Pertama kita harus mencoba mengetuk pintu penerbit mayor terlebih dahulu. Selain kita tinggal terima beres dan tidak dikenai biaya apapun selama proses penerbitan dan pemasaran, kita juga bisa mendapat royalty atau keuntungan dari hasil penjualan. Di samping itu, kita juga bisa tahu seberapa besar kemampuan menulis kita. Yang mana, penerbit mayor itu memiliki garis kelayakan yang sudah teruji. Dari sisi materi maupun sisi pemasaran buku itu sendiri. jadi, kalau tulisan kita ditolak penerbit satu ini, jangan langsung patah hati. Tapi buat ini menjadi ajang berbenah diri. Sampai sini mengeri? 

Terus, penerbit mayor itu contohnya apa saja? Oke, untuk merek penerbit mayor, kalian bisa searching sendiri di mesin pencari. Di sana banyak nama yang terdaftar. Kalian tinggal pilih salah satu saja mana yang kalian kehendaki. 

Lanjut, penerbit indie. Kalau kalian tidak sabar menunggu seleksi penerbit mayor yang berbulan-bulan lamanya itu, tidak apa-apa, kalian menerbitkannya secara indi. Aku sudah pernah mencoba, dan hasil keuntungannya bisa kita cipta sendiri. walau memang biaya penerbitan dan proses pemasaran kita sendiri yang harus ribet melakukannya. Tapi sampai sini jangan patah semangat ya. banyak jalan menuju roma.

Nah, kalau bukunya teman-teman sudah terbit, jangan lupa jajanin aku ya hahaha bercanda aja. Tapi kalau mau juga tidak apa-apa, minimal bagi karya kalian ke aku gitu, hehehe. Baik, teman-teman semua, selamat berkarya ya. Mari menulis untuk Indonesia!

Salam Literasi, Salam Prestasi!
Ayunda Nurudin

Find me on account:
Instagram: @ayunda_een
Twitter: @ayunda_een
Watpadd: @ayunda_een

Ala Ayunda: Tips Mendaki Gunung Bagi Pemula

Mau Muncak? Apa saja yang harus dilakukan?


Halo teman-teman, balik lagi sama Ayunda Nurudin. Setelah sekian lama tidak posting dikarenakan kesehatan yang kurang baik, (kalian jaga kesehatan terus ya, teman-teman) aku akan nge-share sebuah pengalaman tentang “Tips-Tips Mendaki Gunung Bagi Pemula” sesuai permintaan teman-teman semua. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat membantu kalian ya. 

Oke, baiklah... dikarenakan aku sendiri juga masih tergolong sebagai seorang pendaki pemula alias amatir, namun banyak teman-teman yang memintaku untuk memposting tulisan ini, maka dari itu, selain melalui pengalaman pribadiku, aku juga sudah riset plus diskusi dengan mereka para pendaki seniorku. Jadi aku tidak mau sembarangan berbagi ilmu yang penuh resiko ini. Jika ada pendaki senior yang membaca tulisan ini, kurang lebihnya mohon dimaklumi, jikalau perlu, mohon dikritik dan masukan atas sarannya agar semua teman-teman yang membaca bisa memperoleh informasi yang lebih baik lagi. 

  Ya sudah, daripada kelamaan intro, langsung saja yuk, disimak....

Tips Mendaki Gunung Bagi Pemula ala Ayunda

1. PERSIAPAN
Preparation alias persiapan. Ya, itu hal yang paling penting yang harus kita lakukan. Apa saja persiapan yang dibutuhkan? Selain persiapan akan perlengkapan, kita juga harus persiapan fisik. Dan yang tidak kalah penting adalah persiapan mental.

Oke, kita bahas satu persatu ya....

a. Persiapan Perlengkapan
Buat kalian para pemula, mengenai perkengkapan apa saja yang harus dibutuhkan, kalian tidak harus beli semua alat outdoor atau mendaki. Tapi hal yang paling wajib untuk kalian beli/miliki pertama kali adalah alat pribadi, seperti jaket winterproof dan sepatu hiking. Tidak kebayang kan, kalau kalian harus meminjam sepatu atau jaket gunung orang lain? apalagi meminjam di tempat persewaan yang notabennya sudah sering kali kena keringat orang lain. (Maaf, aku pribadi memang tidak suka memakai pakaian yang sudah bercampur dengan keringat orang walaupun sudah dicuci, tapi aku sukanya ngebaperin anak orang hehehe receh banget apaan sih!).

Oke, selanjutnya adalah sleeping bag, selain dipakai di outdoor, sleeping bag juga bisa kita gunakan untuk selimut pas tidur di rumah, apa lagi musim hujan seperti ini. Hangat! Jadi tidak rugi untuk membelinya. Tapi kalau belum kebagian rezeki, menyewa juga tidak ada salahnya.
Untuk selain tiga hal tadi, tentang tenda, alat masak, kompor dan lain-lainnya bisa berembug patungan menyewa sama rombongan. Jadi tidak usah bingung atau khawatir ya.... termasuk persiapan logistik atau bekal makanan selama di gunung, harus bisa mengestimasi dengan baik. 

Misal nih, kalian mau naik gunung A yang tingginya sekian mdpl (kalian bisa searching sendiri gunung tujuan kalian) yang membutuhkan waktu tempuh pendakian berapa jam,  terus di sana kalian mau berapa lama. Kalian bisa hitung dan kalkulasi sendiri dengan jumlah anggota/rombongan kalian nantinya. Jangan lupa juga, siap sedia coklat, madu, atau gula jawa sebagai penambah energi selama pendakian. Selain rasanya manis, juga membuat semangatmu selalu stabil. (Tidak seperti doi, yang terasa manis, eh ujung-ujungnya yang juga buat nangis wkwkwk.)

Tim madu


Lanjut,

b. Persiapan Fisik
Nah, ini tidak kalah penting dari persiapan sebelumnya. biasanya, satu minggu sebelum mendaki, tiap hari aku latian fisik. Sebenarnya, satu minggu itu karena tiap mau muncak, planningnya berkisar satu mingu saja hahaha. Tapi kalau kalian sudah mengatur rencana jauh-jauh hari, itu lebih baik lagi kalian langsung melatih fisik, supaya tidak kaget ketika mendaki nanti. Apalagi ditambah beban berat harus menggendong keril yang segede karung goni itu. Minimal lari tiap sore atau pagi deh. Kalau aku sih, lebih senang main skateboard, atau paling tidak naik turun tangga dari lantai bawah ke lantai atas di rumah sih, buat mastiin mesin cuci yang sering kali macet-macet itu hehehe.

Ada lagi, mengenai teknik pernapasan tidak sembarangan ketika mendaki. Mungkin yang sudah senior atau sudah terbiasa sudah paham, bahwa bernapas ketika mendaki pun ada cara khusus untuk menghindari sesak napas yang berlebihan. Supaya tidak ngos-ngosan seperti habis memanggul dosa yang bertonton, sebaiknya bernapas menggunakan teknik diafragma, di mana ketika bernapas, kita menghirup udara melalui hidung dengan cukup panjang, lalu sedikit di tahan ketika sampai diafragma (letaknya tengah-tengah antara perut dan dada) baru deh dikeluarkan lewat mulut. Supaya apa? masih tertinggal beberapa energi di dalam tubuh, sehingga tidak menjadikan kita cepat lelah. Tahu sendiri, kan, udara di tempat yang semakin tinggi semakin berkurang kadar oksigennya. Belum lagi kalau malam, kita harus saingan sama pohon yang padatnya sudah ngalahin penduduk daerah Gejayan. Lalu yang terakhir....

c. Persiapan Mental
Nah... ini nih kunci yang paling penting. MENTAL. Ada yang tidak percaya, bahwa mental yang dibawa ketika mendaki itu penting? Jangan salah, orang yang hobi sangat di bidang olahraga sekalipun, terkadang ada yang tidak sanggup, begitu sebaliknya, ada pula yang fisiknya tidak sempurna, tetapi ia sanggup. Karena apa? sekali lagi, MENTAL!

Aku ingat sekali, pendakian pertamaku ke Gunung Sumbing. Baca juga: Trip Travelingku: Gunung Sumbing dan Kenangan Rindu aku sama sekali tidak melakukan persiapan fisik pun persiapan mental, baru sampai di pertengahan pos satu menuju pos dua, aku sudah hampir menyerah. Tapi karena mental, aku tetap bisa dong sampai puncak, meski harus hilang dan terpisah sendirian dari rombongan, ehehe.

Tanam dalam diri kalian dengan baik-baik, apa tujuan kalian mendaki! Pastikan tujuan kalian adalah tujuan yang baik dan positif, karena tidak memungkiri, kemistisan di gunung, mitosnya tidak bisa dihindari. Jadi demi keselamatan, yakin akan diri sendiri, bahwa niat kalian niat yang bersih. Seperti pengalamanku, pernah beberapa kali aku naik gunug demi lari dari masalah yang membuatku frustasi, bukannya mendapat ketenangan, yang ada malah digangguin setan. Kan serem jadinya.

2. PENGETAHUAN & SURVIVAL

Poin penting dari segala poin. Jangan sekali-kali berani menginjakkan kaki ke gunung, jika pengetahuan survivalmu belum memadai, karena resikonya benar-benar tinggi, bahkan bisa hilang sampai juga kepada kematian. Paling tidak, ada dua atau tiga orang yang sudah mumpuni tentang hal ini dalam rimbonganmu. Karena apa? untuk berjaga-jaga, naudzubillah jika terjadi apa-apa selama pendakian, terlebih kepada rombongan kalian sendiri. 

Seperti bagaimana mengantisapasi supaya tenda tidak tergenang air ketika hujan turun, atau mencipta mata air ketika kehabisan air, atau cara membuat tandu, pertolongan pertama kepada korban hipotermia, mencari arah mata angin tanpa bantuan kompas digital, cara mengepak barang dengan baik dalam keril, dan masih banyak lagi. Semua itu bisa kalian peroleh di layanan google. Banyak artikel-artikel demikian yang bisa kalian pelajari. Atau ikut organisasi lingkungan hidup dan semacamnya untuk menambah wawasan kalian tentang survival. Belajar langsung dari teman pendaki senior (seperti yang kulakukan) pun sangat efektif juga.

3. KEKOMPAKAN & KEBERSAMAAN

Ini puncak segalanya. Kekompakan dan kebersamaan. Intinya adalah, harus pintar-pintar meredam ego diri. Jangan karena kita bisa berjalan lebih cepat dari kawan lainnya, lalu kita berjalan lebih dulu meninggalkan rombongan supaya sampai di puncak lebih cepat. Hal semacam itu, bukannya terlihat keren tapi malah terkesan labil dan kekanak-kanakkan. Semangat boleh, tapi puncak bukan tujuan utama. Puncak hanyalah bonus dari buah perjuangan bersama. Pendakianmu tidak akan berarti apa-apa tanpa mereka yang berjalan di sampingmu.


Namanya juga muncak bareng, makan, tidur bareng, mendirikan tenda dan masak juga bareng dong. Jangan mau enaknya saja! Tapi, aku kan pemula? Halah prek, alasan klasik. Kan bisa ambil pekerjaan lain, memegang senter misalnya ketika mendirikan tenda pas malam hari. Memasak air, membuat teh, kopi, atau cokelat panas juga bisa ketika yang lain sibuk mendirikan tenda. Pokonya bantu sebisanya deh. Jangan sok manja. Kalau mendaki berdua sama pacar atau suami sih ya tidak apa-apa, itu hak otoritasmu. Tapi ya tetap sadar diri, jangan mau enaknya saja, Siti! Kasian tahu, sudah capek naik-naik ke puncak yang tinggi, eh dibiarin kerja sendiri. kan jadi sediii...

4. CINTAI ALAM & LINGKUNGAN

Jangan bosen kalau ada yang bilang “bawa turun sampahmu!” ketika di gunung. Itu memang bukan hukum tertulis yang terdaftar di konstitusi, tapi hukum alam dan kepribadian. Di mana ketika seseorang peduli dengan lingkungannya, pun menggambarkan dirinya yang peduli dengan masa depan. Bahwa seseorang tersebut masih berharap kelestarian alam supaya bisa dinikmati anak cucu generasi berikutnya. kan begitu, logikanya?

“Jangan tinggalkan apapun di gunung, kecuali jejak dan kenangan. Jangan ambil apapun di gunung kecuali, rindu dan gambar”. Slogan puitis ala anak gunung yang memang sangat ampuh mengendalikan kerakusan diri. Seperti larangan memetik bunga abadi si eddelweis itu contohnya. Membawa turun kembali sampah kita, kalau bisa mungutin sekalian sampah-sampah yang masih berceceran di sepanjang jalanan/trek pendakian. Menunjukkan kalau kita adalah manusia yang mengerti aturan. Bukan binatang yang hanya mengandalkan nafsu kemenangan belaka.

     Baik teman-teman..., sepertinya sekian dulu “Tips-Tips Mendaki Bagi Pemula Ala Ayunda”, semoga bermanfaat dan sedikit dapat dijadikan acuan sebelum kita mendaki. Mungkin di lain kesempatan, aku akan menuliskan bagian pengetahuan survivalnya lebih lengkap lagi. Mari dia bersana-sama, semoga aku dan juga kita semua diberikan kesehatan oleh Tuhan setiap harinya. Jadi bisa saling berbagi dan bertukar ilmu seperti ini.

     Jangan lupa mampir di channel youtube aku ya, teman-teman. Temukan berbagai musikal puisiku yang tepat dengan suasana hati kalian. Hanya di Ayunda Nurudin

Salam Lestasri, Salam Prestasi!
Ayunda Nurudin

Find me on account:
Instagram: @ayunda_een
Twitter: @ayunda_een
Wattpad: @ayunda_een

What is The Police Institution's Role, If Every Case Needs to go Viral First Before Take The Action?

Recently, many social media platforms posted criminal cases. Whether it is murder, sexual harassment, robbery, corruption, abuse of authorit...