Menulis Fiksi? Ayo ikuti tips ini!
![]() |
| Gambar oleh google |
Halo teman-teman semua, alhamdulillah demamku yang berhari-hari sudah mulai turun dan sudah bisa duduk mengetik meneruskan rutinitas kembali. Kalian juga sama ya, harus tetap menjaga kesehatan. Sakit itu tidak enak meskipun dalam sebuah hadist Rowah Bukhari dan Muslim yang mengatakan bahwa: “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daunnya.”
Di tulisan kali ini, aku akan membagi pengetahuanku di bidang menulis fiksi. Susai cara dan kemampuanku yang tentunya worth it. Sebenarnya Ala Ayunda yang ini sudah pernah ku posting di instastory instagramku, teman-teman. Tetapi, di sini akan ku posting ulang supaya banyak dari teman-teman yang tidak mengikuti aku di instagram tetap bisa membacanya. Ya sudah, langsung saja yuk, kita masuk ke intinya. apa saja kira-kira?
Tips Menulis Fiksi
1. MEMBACA
![]() |
| Gambar oleh google |
Oke, jadi langkah pertama, kalian haruslah sering-sering membaca buku. Tujuannya apa, teman-teman? Agar kosa kata atau diksi kita bertambah semakin luas. Kita tidak herus kebingungan, nih, kalau harus mau memilih frasa ataupun kalimat yang pas atau cocok yang digunakan dalam sebuah dialog atau percakapan. Jangan seperti aku, ya, teman-teman... bercita-cita jadi seorang penulis tapi malas membaca hehehe....
Selain itu, kita bisa sekalian nih meneliti. Tentang sudut pandang apa yang lebih enak atau nyaman dipakai untuk bercerita. Kata pengganti yang bagaimana yang baiknya kita pilih. Juga untuk memperkaya alur cerita atau plot dalam sebuah cerita. Jadi, sekali lagi, membaca itu penting bagi seorang calon/penulis.
2. MENONTON
![]() |
| Gambar oleh google |
Dengan menonton, kita bisa memperkaya daya imajinasi kita. Daya khayal bagi seorang penulis fiksi itu penting, di mana kekuatan bermacam-macam karakter sangatlah berpengaruh demi kelancaran kita menyelesaikan suatu cerita. Nah, biasanya kan setiap kita selesai menonton, kadang kita berimajinasi “seharusnya peran si A tuh tidak seperti itu, tapi seperti ini, dll.” Jadi kita tidak aka kebingungan atau kehabisan akal untuk menyelesaikan sebuah cerita karena daya imajinasi kita sudah tinggi.
Terserah kalian mau menonton apa. bisa menonton film di bioskop, sinetron-sinetron atau apapun yang sesuai jenis karakter kalian. Maksudnya, kalian pengen menulis cerita drama, aksi, sci-fi, atau genre apapun. Banyak-banyakin saja menonton film yang sesuai karakter tulisan kalian.
3. MENCATAT
![]() |
| Gambar oleh google |
Kadang, kita mendadak suka mendapat konsep ide cerita atau sebuah gagasan dalam waktu yang tidak tepat. nah, di saat seperti itu, segeralah catat konsep kalian yang mendadak muncul itu. entah dalam buku atau ponsel kalian. Yang terpenting dan paling perlu, (kalau aku) harus diucapkan dalam lisan –bersuara– sebagai self reminder. Soalnya, kalau cuma dibatin dalam hati, biasanya akan cepat lupa.
4. PUEBI dan KBBI
Hayo... di sini, siapa teman-teman yang tahu apa itu PUEBI dan KBBI? Ya betul, PUEBI adalah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, kalau KBBI akronim dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Bagi aku sendiri, nih, dua hal tersebut sudah seperti nyawa. Dulu sih, ke mana-mana bawanya dua buku itu, tapi alhamdulillah dengan adanya kemajuan teknologi, kita sudah bisa memperolehnya melalui aplikasi online. Lebih mudah, ringan dan nyaman mau dibawa ke mana saja. Kita bisa membukanya kapan waktu jika kita perlukan. Jadi, jangan sekali-kali malas membuka dua hal tersebut ketika kita menulis ya. karena seleksi penerbit juga dipertimbangkan karena kerapian tulisan kita selain memang karena dari cerita yang berbobot.
5. MENCOBA
![]() |
| Gambar oleh google |
Tidak ada suatu hal yang terjadi secara instan! Pun termasuk dalam menulis. Jika keempat hal tadi sudah kalian lakukan, saatnya dipraktekkan!
Jangan takut kalau tulisan kalian di cap sebagai tulisan yang “kelegen” alias alay. Semua penulis dari yang pemula sampai yang sudah ternama sekalipun, pasti melewati masa-masa di mana tulisan mereka terkesan kelegen. Tidka luput aku juga termasuk, teman-teman. Malah, aku sendiri kadang juga jijik, “kok bisa ya, aku dulu menulis seperti ini!”
Jangan pernah berhenti mencoba. Biasanya, para pemula ketika menulis, tidak sampai selesai sampai akhir cerita alias tidak tamat. Tidak apa-apa! bererti kita sama hahaha. Memang, mencari ending itu sangat susah. Jadi kalian jangan pernah menyerah ya. seperti kata bijak dari Tan Malaka, “terbentur, terbetur, terbentur, terbentuk.” Hal tersebut juga berlaku bagi kita semua calon-calon penulis hebat. Gagal, coba lagi. Gagal, bangkit lagi. Begitu seterusnya sampai kalian bisa melewati masa ini.
6. SHARING
Oke, setelah mampu berproses diri sampai di tahap kelima tadi, saatnya kita share tulisan kita ke publik. Ke sebuah platform yang mendiskusikan atau menyediakan tempat untuk belajar tentang kepenulisan. Tujuannya agar ada yang menempa usaha belajar kita. Ada yang mengomentari, mengkritik juga memberikan saran atas tulisan kita.
7. GO PUBLISH!!!
Sekiranya, setelah kita sering sharing dan mendiskusikan tulisan kita, saatnya kita tampil enjadi penulis yang sesungguhnya. Jeng jeng jeng... waktunya kita terbitkan tulisan kita!!!
Lalu, ke mana kita harus menerbitkannya? Ada dua opsi. Penerbit mayor dan penerbit indie. Pertama kita harus mencoba mengetuk pintu penerbit mayor terlebih dahulu. Selain kita tinggal terima beres dan tidak dikenai biaya apapun selama proses penerbitan dan pemasaran, kita juga bisa mendapat royalty atau keuntungan dari hasil penjualan. Di samping itu, kita juga bisa tahu seberapa besar kemampuan menulis kita. Yang mana, penerbit mayor itu memiliki garis kelayakan yang sudah teruji. Dari sisi materi maupun sisi pemasaran buku itu sendiri. jadi, kalau tulisan kita ditolak penerbit satu ini, jangan langsung patah hati. Tapi buat ini menjadi ajang berbenah diri. Sampai sini mengeri?
Terus, penerbit mayor itu contohnya apa saja? Oke, untuk merek penerbit mayor, kalian bisa searching sendiri di mesin pencari. Di sana banyak nama yang terdaftar. Kalian tinggal pilih salah satu saja mana yang kalian kehendaki.
Lanjut, penerbit indie. Kalau kalian tidak sabar menunggu seleksi penerbit mayor yang berbulan-bulan lamanya itu, tidak apa-apa, kalian menerbitkannya secara indi. Aku sudah pernah mencoba, dan hasil keuntungannya bisa kita cipta sendiri. walau memang biaya penerbitan dan proses pemasaran kita sendiri yang harus ribet melakukannya. Tapi sampai sini jangan patah semangat ya. banyak jalan menuju roma.
Nah, kalau bukunya teman-teman sudah terbit, jangan lupa jajanin aku ya hahaha bercanda aja. Tapi kalau mau juga tidak apa-apa, minimal bagi karya kalian ke aku gitu, hehehe. Baik, teman-teman semua, selamat berkarya ya. Mari menulis untuk Indonesia!
Salam Literasi, Salam Prestasi!
Ayunda Nurudin
Find me on account:
Instagram: @ayunda_een
Twitter: @ayunda_een
Watpadd: @ayunda_een
Youtube: Ayunda Nurudin YouTube Channel
Email: ayunda.nurudin@gmail.com






Nice kakak, semangat terus buat tulisannya, dan sering" update ya, saya tunggu postingan selanjutnya
ReplyDeleteNice kok Yu... Suka-suka, perhatikan huruf yang typo yah... Hehehe...semangat nulisnya!!!
ReplyDeleteJaga kondisi badan juga, jangan makan sembarangan hehe...