Chapter IV
Kau yang Unik, atau Aku yang Udik?
(Masih di Musim Gugur Tahun Pertama)
Mungkin kau berbicara tentang kebetulan.
Tapi aku selalu menganggapnya sebagai takdir. Atau mungkin suatu kebetulan yang
ditakdirkan? Atau sebuah takdir yang kebetulan? Sudahlah, apapun itu, aku
menyukainya.
Seakan terbang melayang di angkasa sana,
menemukan bintang yang paling terang sinarnya sebagai tempat yang paling indah
untuk singgah –atau untuk merumah. Itulah kenyataan yang kurasa ketika
mendapatimu sedang berada di tempat belajarku. Sungguh, ribuan pertanyaan
menyerbu kepalaku. Apakah kedatanganmu ke kampusku adalah sebagai penyanyi
bintang tamu dalam acara amal yang sedang diselenggarakan? Atau kau sedang
berwisata semata? Ah tapi mana mungkin berwisata ke tempat belajar seperti itu.
Yang kuharap dalam daftar-daftar kemungkinan adalah kau juga sebagai pelajar di
kampus ini.
Dari jauh aku masih memandangimu.
Kulihat kau sedang berdiri bergerombol bersama beberapa kenalanmu. Kau
terdengar cukup akrab dengan saling melempar canda dengan mereka. Aku masih
memerhatikanmu. Tiba-tiba saja kau tersenyum ketika menemukan aku yang sedang
bersembunyi dari balik tatapan penuh pertanyaan.
Tidak lama, kau berlalu dari tempat
tersebut. Berjalan gontai menujuku dengan senyuman yang kukira sudah
jelas-jelas ditujukan untukku. Matamu terlihat tak berkedip sekalipun
menatapku. Di tengah-tengah rasa yang sedang berbunga-bunga, kesadaran diri
menghantam keras khayalku. Sungguh, itu hanyalah kemustahilan yang tidak
terkira. Memangnya siapa aku sehingga dia akan menghampiriku? Bahkan tersenyum
semanis itu? Tuhan! Dengusku dalam hati merutuki diri sendiri.
Tapi... tunggu dulu! tidak... tidak
mungkin! Apakah pendengaranku ikut rusak karena ekspektasiku yang terlalu
tinggi? Benarkah tadi dia menyapa namaku ketika berlalu di hadapanku? Sungguh,
aku tidak bisa memercayai semuanya. Darimana dia tahu namaku? Bahkan beberapa
waktu lalu di taman kota, ia tak menanyai siapa namaku. Iya! Dia benar tak
mengajakku berkenalan. Lalu, bagaimana ia bisa mengetahui siapa aku? Tentang
diriku, kurasa aku tak seterkenal itu, bahkan di kelas pun mungkin tak terlalu
banyak yang tahu siapa namaku. Tetapi dia... bagaimana bisa?
Hai, kau sungguh manusia yang sangat
unik! Atau mungkin aku yang terlalu udik? Masa bodoh dengan semuanya, saat ini,
aku hanya ingin tahu siapa namamu. Bisakah aku?
No comments:
Post a Comment