Thursday, March 12, 2020

EMPAT IRAMA

Chapter IV

Kau yang Unik, atau Aku yang Udik?
(Masih di Musim Gugur Tahun Pertama)

Mungkin kau berbicara tentang kebetulan. Tapi aku selalu menganggapnya sebagai takdir. Atau mungkin suatu kebetulan yang ditakdirkan? Atau sebuah takdir yang kebetulan? Sudahlah, apapun itu, aku menyukainya.
Seakan terbang melayang di angkasa sana, menemukan bintang yang paling terang sinarnya sebagai tempat yang paling indah untuk singgah –atau untuk merumah. Itulah kenyataan yang kurasa ketika mendapatimu sedang berada di tempat belajarku. Sungguh, ribuan pertanyaan menyerbu kepalaku. Apakah kedatanganmu ke kampusku adalah sebagai penyanyi bintang tamu dalam acara amal yang sedang diselenggarakan? Atau kau sedang berwisata semata? Ah tapi mana mungkin berwisata ke tempat belajar seperti itu. Yang kuharap dalam daftar-daftar kemungkinan adalah kau juga sebagai pelajar di kampus ini.
Dari jauh aku masih memandangimu. Kulihat kau sedang berdiri bergerombol bersama beberapa kenalanmu. Kau terdengar cukup akrab dengan saling melempar canda dengan mereka. Aku masih memerhatikanmu. Tiba-tiba saja kau tersenyum ketika menemukan aku yang sedang bersembunyi dari balik tatapan penuh pertanyaan.
Tidak lama, kau berlalu dari tempat tersebut. Berjalan gontai menujuku dengan senyuman yang kukira sudah jelas-jelas ditujukan untukku. Matamu terlihat tak berkedip sekalipun menatapku. Di tengah-tengah rasa yang sedang berbunga-bunga, kesadaran diri menghantam keras khayalku. Sungguh, itu hanyalah kemustahilan yang tidak terkira. Memangnya siapa aku sehingga dia akan menghampiriku? Bahkan tersenyum semanis itu? Tuhan! Dengusku dalam hati merutuki diri sendiri.
Tapi... tunggu dulu! tidak... tidak mungkin! Apakah pendengaranku ikut rusak karena ekspektasiku yang terlalu tinggi? Benarkah tadi dia menyapa namaku ketika berlalu di hadapanku? Sungguh, aku tidak bisa memercayai semuanya. Darimana dia tahu namaku? Bahkan beberapa waktu lalu di taman kota, ia tak menanyai siapa namaku. Iya! Dia benar tak mengajakku berkenalan. Lalu, bagaimana ia bisa mengetahui siapa aku? Tentang diriku, kurasa aku tak seterkenal itu, bahkan di kelas pun mungkin tak terlalu banyak yang tahu siapa namaku. Tetapi dia... bagaimana bisa?
Hai, kau sungguh manusia yang sangat unik! Atau mungkin aku yang terlalu udik? Masa bodoh dengan semuanya, saat ini, aku hanya ingin tahu siapa namamu. Bisakah aku?

No comments:

Post a Comment

What is The Police Institution's Role, If Every Case Needs to go Viral First Before Take The Action?

Recently, many social media platforms posted criminal cases. Whether it is murder, sexual harassment, robbery, corruption, abuse of authorit...