Wednesday, March 25, 2020

EMPAT IRAMA

Chapter V

Akhirnya Aku Tahu Siapa Nama Pemilik Suara Merdu Itu
(Musim Dingin Tahun Pertama)

Selang musim yang telah berganti, lama aku tak menjumpainya. Mengapa pula aku harus memikirkan dia? Sangat tidak penting pikirku. Tapi bayangannya selalu menggoda benakku. Senyumnya yang manis itu juga suaranya yang merdu. Ah sungguh, mungkinkah aku sedang merinduinya?
Kesal selalu dihantui oleh parasnya, aku memutuskan untuk mengunjungi tempat yang pernah menemukanku dengan dia. Hendak aku pergi ke taman kota, tapi kurasa tidak akan mungkin ada manusia yang mau duduk berdiam diri menikmati salju yang terus menerus turun membekukan bumi. Kuurungkan niatku. Atau ke kampus saja? pikirku teralih. Pun sama, tidak mungkin juga kampus masih ramai mahasiswa, sedang malam sudah berada dalam peraduan.
Benar... kafe itu. Mengapa tak terpikirkan olehku? Bukankah di sana pertama kalinya dia menemukanku? Oh bukan, lebih tepatnya aku yang menemukannya. Menemukan senyumnya.
Dengan segenap kekuatan, kualihkan rasa malasku melawan dingin dan pergi menuju tempat tersebut. Siapa tahu aku bisa melihatnya bernyanyi lagi. Sepertinya hal yang sangat menyenangkan untuk dibayangkan, bukan? Atau aku saja yang terlalu berlebihan. Ah sudahlah, lebih baik, aku bergegas ke sana saja.
Hanya beberapa menit dari flatku, aku sudah tiba di kafe. Dan benar saja akan tebakanku. Begitu aku melewati pintu masuk ruangan tersebut, terdengar suara melankoli yang tak asing bagi telingaku. Sudah pasti yang sedang bernyanyi adalah dia. Pasti.
Lagi-lagi aku mengambil tempat duduk yang paling belakang seperti waktu lalu. Memandangnya dari jauh lebih mengasikkan. Sambil menikmati teh favoritku, sedikit-banyak berharap kalau bisa bertemu pandang dengannya kembali atau sekadar mendapatkan senyum yang khas darinya –yang sebenarnya ia sematkan untuk seluruh pengunjung kafe tersebut.
Kukira, sudah lebih dari dua jam aku menikmati lagu yang ia senandungkan, bersama beberapa jokes recehnya yang membuat semua pengunjung terpingkal, pun diriku. Sampai penghujung waktu harus membuatnya undur diri. Kudengar ia menyebutkan namanya ketika mengakhiri acara.
Akhirnya, sekarang aku tahu siapa namamu. Meski kali ini, aku tak mendapati retina matamu tertangkap oleh lensaku. Juga senyummu, tak singgah barang sedetik saja. sepertinya, malam ini jarak terlalu jauh memisahkan kita. Tetapi, benarkah sejauh itu? Bukankah terdengar lebih dekat, karena sekarang kita sama-sama mengetahui nama kita?

No comments:

Post a Comment

What is The Police Institution's Role, If Every Case Needs to go Viral First Before Take The Action?

Recently, many social media platforms posted criminal cases. Whether it is murder, sexual harassment, robbery, corruption, abuse of authorit...