Friday, December 14, 2018

Opiniku : Indonesia Tanpa Pacaran? Gerakan Radikal!

Indonesia Tanpa Pacaran? Bagaimana pendapatmu?


Asslamualaikum, Ukhty... Akhy...
Hehe.. gegayaan aja kamu, Ay, pake salam segala! Biasanya juga langsung nyeloteh :p

Hallo guys, sebelumnya Ayunda mau tanya, nih, bagaimana kabar kalian? Sehat dong tentunya! Alhamdulillah kalau begitu. 🙏

***

Mengenai tagar tentang Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran yang sedang gencar-gencarnya dipropagandakan, bagaimana menurut kalian? Terdapat sekilas opini dari Ayunda, nih, tentang tagar tersebut yang pengen kusampaikan.
Kepada seluruh penggiat Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran, mohon maaf nih sebelumnya, hanya sekedar mengutarakan pendapat kok! Semoga saja kalian mau membacanya dan mau menelaah opini yang akan kuutarakan di bawah ini.

Melihat kalian sering di-bully, dicemooh dan dipojokkan masa, aku turut prihatin terhadap kalian. Semangat perjuangan kalian dalam menyebarkan sebuah kebaikan sungguh luar biasa hebat. Aku kagum dan salut dengan perjuangan kalian.

Sebenarnya, aku sih enggak memiliki masalah apapun dengan siapa saja yang mau saling mengingatkan manusia kepada kebaikan. (Iyalah, aku kan good girl :p) terutama pesan tentang menjauhi zina yang udah jelas-jelas dosa berat. Aku dukung banget gerakan kalian yang nggak kenal lelah ini menyebarkan kebaikan buat meluruskan manusia dari jalan yang enggak lurus. Shippp!!! Pertahankan terus semangat dakwahmu!

Tapi, menurutku nih ya... dalam nyebarin dakwah kebaikan, alangkah baiknya kalian juga memerhatikan cara-cara yang bijaksana dan tepat agar mengenai sasaranmu.

Aku juga salut banget dengan kampanye propaganda kalian tentang Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran dan menyarankan untuk segera menikah agar remaja-remaja terhindar dari perzinahan dengan bergema. Tapi, kita harus tahu juga... solusi menghindarkan zina kan enggak cuma menikah? Masih banyak banget loh cara lain bisa kalian berikan kepada mereka-mereka yang sedang berusaha hijrah –lebih tepatnya, enggak hijrah sih, tapi berubah, kalau hijrah kan secara harfiah berarti pindah– menjadi lebih baik lagi dari yang sebelumnya.
Emang sih, menikah adalah solusi yang terbaik, tapi pikir lagi deh, misal... jika seseorang itu belum siap secara lahir dan batin, mental psikis dan psikologis, apa iya menikah jadi solusi yang terbaik? Bukan malah, hal tersebut hanya akan menambah membuat masalah baru saja? Bisa saja, psikolog mereka menjadi tertekan karena minimnya finansial yang dimiliki. Dan membuat psikis mereka juga terganggu. Lalu, ujungnya pertengkaran yang bisa menyebabkan suatu perceraian. Apa yang sebagai perempuan nggak lebih rugi lagi tuh? Kalau jadi janda, terus udah ada anak, hidup jadi makin melarat. Nggak cuma melarat harta, tetapi melarat mental hati dan pikiran juga. (Duhh kok jadi ke mana-mana sih, Ay!)

Tuhan selalu memberi rezeki kepada hambanya yang mau berada di jalan-Nya!

Yap, that’s right!

Tapi... nggak semudah itu juga, Akhy... Ukhty. Realistis aja sih kalau aku. Perempuan mana yang mau di ajak hidup susah? Sedangkan ketika bersama orang tuanya, mereka selalu kecukupan dan terpenuhi keinginannya. Perempuan mana yang nggak nangis hatinya kalau nggak bisa beliin anaknya susu, jajan atau mainan? Perempuan mana yang nggak nangis kalau nggak bisa menyetarakan pendidikan anaknya dengan teman-temannya?

Ihh dasar, Ayunda perempuan matre! Well, I don’t think many judging about me like that. It’s just what the fuck mind of people. 

Yang membuatku nulis opini ini, karena pernyataan tentang tagar tersebut sangat menggangu isi kepalaku sebagai warga warga negara yang penuh toleransi (Ceilaah toleransi hahaha) dengan tagline “Indonesia  Tanpa  Pacaran”.

Indonesia, guys!!! Indonesia!!!

Kenapa coba, kalian mesti membawa-bawa nama Indonesia segala? Emangnya Indonesia ini negara muslim? Negara Islam, gitu? Well you know, people... di Indonesia kan terdapat banyak latar belakang keragaman suku, budaya dan agama. Nggak etis kali ah memakai nama Indonesia di dalam gerakan kalian.

Kalian boleh kok mengampanyekan propaganda tersebut, nggak ada yang larang. Aslinya aku juga setuju, soalnya buat kebaikan. Tapi membawa-bawa nama Indonesia sebagai embel-embel pergerakan kalian kan malah terkesan merujuk ke sebuah paksaan kepada seluruh masyarakatnya. Bagaimana kalau dari agama lain ada yang tersinggung atau marah? Bukannya malah menjadikan suatu perpecahan? Kan masih banyak piliha kata yang bisa kalian muat untuk propaganda kalian. Islam Tanpa Pacaran aja mungkin lebih baik. Tidak akan ada yang berkomentar atau membully kalian.

Membicarakan pilihan kata, tentang klaim “hargailah kejombloan kami karena pilihan” sama halnya, kalian juga harus bisa menghargai keputusan mereka yang tetap menjalin hubungan. Bukan malah memojokkan mereka “sedang menabung neraka.” Kan nggak fair?

Menurutku lagi, propaganda yang kalian gaung-gaungkan malah membuat mereka menjadi unrespect  sama perjuangan kalian. Percuma saja dakwah yang kalian lontarkan gagal dan tidak sampai mengenai sasaran. Betul tidak? (Kalau salah, gapapa aku mau remidi lagi kok.)

Berdakwahlah sesuai dengan posisi sasaran kalian, agar propaganda yang kalian gema-gemakan presisi dengan tempatnya. Dengan pilihan kata yang bijak, siapa tahu malah membuat mereka sadar dengan jalan hidupnya. Soalnya, dengan menyesuaikan pola pikir dan bahasa target sasaran dakwahmu, malah lebih mudah untuk menyentuh hati mereka.

Hal secaman itu di sebut toleransi. Bukankah, Islam sendiri mengajarkan tolenransi? Jadi, paling tidak, sebelum kalian berdakwah, telaahlah terlebih dahulu siapa yang akan jadi target sasaran kalian.

Maaf ya kalau aku sok-sokan mengkritik gerakan kalian sedemikian adanya. Aku ya masih bodoh sebagai saudara mu, sebagai warga negeri ini. Aku juga hanya sekadar pengen mengingatkan. (Maaf sekali lagi). Aku hanya prihatin melihat pesan kebaikan yang kalian sampaikan tampak terlihat salah di mata umum karena tagline yang kalian gaung-gaungkan itu. Kita sama-sama saling mengingatkan saja, oke?

Benar, persoalan tentang tersinggung, diterima atau tidaknya tergantung kepada mereka. Tapi kalau saja caramu menyampaikan dakwah tidak seradikal itu, alangkah lebih baik, bukan?

Cukup segini aja dulu sepertinya. Aslinya, pendapatku ini juga sebagai self reminder buat aku yang masih miskin ilmu ini. Semoga kalian mau menerima pendapatku ini. Sekali lagi, maaf, hanya sekadar mengingatkan. 🙏

***

Salam Literasi, Salam Prestasi!

No comments:

Post a Comment

What is The Police Institution's Role, If Every Case Needs to go Viral First Before Take The Action?

Recently, many social media platforms posted criminal cases. Whether it is murder, sexual harassment, robbery, corruption, abuse of authorit...